JAKARTA – Pemerintah hingga saat ini telah mengeluarkan 12 paket kebijakan yang berisi mengenai kemudahan berusaha pada berbagai sektor. Namun, paket kebijakan ini belum akan memberikan dampak dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang kuartal I-2016. Meskipun pertumbuhan lini usaha seharusnya dapat menopang pertumbuhan ekonomi, namun dampak dari paket kebijakan ini nantinya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang.
Ekonom Universitas Indonesia Destry Damayanti mengungkapkan, paket kebijakan ekonomi ini baru dapat dirasakan pada semester II-2016. Pasalnya, kebijakan ini bersifat struktural sehingga butuh waktu untuk dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. [Baca juga: The Fed dan China Tak Menentu, Ekonomi Tumbuh Murni Domestik]
“Paket kebijakan sifatnya struktural. Jadi dampaknya baru akan dirasakan 6 bulan mendatang. Jadi over all kita baru bisa melihat pengaruhnya itu di semester kedua (2016),” kata Destry kepada Okezone.
Khususnya untuk sektor UMKM yang juga menjadi sasaran pertumbuhan dari paket kebijakan pemerintah, diprediksi juga dapat memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, selama ini UMKM menjadi penyumbang terbesar bagi terbukanya lapangan kerja di Indonesia.
“UMKM pengaruh juga (terhadap pertumbuhan ekonomi) karena kan menyerap tenaga kerjanya besar. Jadi menyerap tenaga kerja juga. Sektor kita itu kan 90 persen UMKM atau perusahaan kecil secara keseluruhan,” jelas Destry yang juga menjabat sebagai anggota komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini.
Pada sektor inflasi, paket kebijakan juga belum sepenuhnya memberikan dampak terhadap pengendalian harga. Salah satunya adalah bawang merah yang hingga saat ini masih melambung. Namun, inflasi ini diyakini tidak memiliki dampak signifikan terhadap penurunan angka pertumbuhan ekonomi.
“Harga bawang tidak (akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara mikro), selama ini inflasi telah dimonitor. Kita memang lihat April deflasi. Tapi kita lihat pemerintah konsen untuk menjaga inflasi,” jelasnya.
Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2016 ini pun diprediksi dapat mencapai 5 persen. Meskipun lebih rendah dibandingkan target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2016 sebesar 5,3 persen, namun hal ini merupakan hal yang positif mengingat pelemahan ekonomi global.
“Lima persen itu konservatif, moderat. Karena selama ini belum ada perbaikan signifikan secara global. Jadi nanti bisa kita rasakan di kuartal dua dan kuartal tiga, juga penurunan harga BBM akan dirasakan nanti,” tutupnya.
Sumber : OKEZONE.com