Jakarta – Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga acuannya BI 7 Days Reverse Repo Rate dil level 4,75%. Langkah ini berbeda dengan keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.
Lalu bagaimana arah kebijakan BI ke depan?
“Stance kebijakan BI sama, artinya kalau kemarin kami sebut cautious accommodative. Kami siap di posisi apapun kalau bahkan menaikan atau masih ada ruang menurunkan,” tutur Asisten Gubernur Kepala Departemen Ekonomi dan Moneter Dody Budi Waluyo dalam jumpa pers di Gedung Thamrin BI, Jakarta Pusat, Kamis (16/3/2017).
Arah kebijakan BI ke depan tentu akan mempertimbangkan berbagai aspek domestik dan internasional, mulai dari inflasi hingga nilai tukar. Jika ada ancaman inflasi yang lebih tinggi, maka akan dilakukan penyesuaian arah kebijakan.
“Tapi stance itu apakah melalui suku bunga atau yg lain, Kami punya bauran kebijakan baik suku bunga, nilai tukar, makroprudensial untuk addres inflasi,” tutur Dody.
Arah kebijakan BI sejauh ini masih akan tetap berhati-hati dan memperhatikan kondisi pasar. Tingkat suku bunga sebesar 4,75% juga sudah diperhitungkan dari berbagai aspek.
“Kami tetap antisipasi risiko global untuk tetapkan posisi normal netral terhadap policy rate kita. Cukup memadai level yang sekarang 4,75% makanya tidak berubah karena dari hitungan kami tekanan inflasi dan kurs semua calculate,” tutur Dody.
Kenaikan suku bunga acuan AS Fed Fund Rate (FFR) juga tidak membuat likuiditas perbankan mengalami pengetatan yang cukup signifikan. Likuditas perbankan masih sangat banyak dan disimpan di instrumen moneter.
“Terlihat di posisi perbankan menempatkan dananya di instrumen moneter jumlahnya cukup besar antara Rp 350 triliun secara industri. Artinya konteks likuiditas yang cukup ample (banyak) masih ada,” tutup Dody.
BI Waspada
Kenaikan suku bunga acuan AS diprediksi akan terjadi dua kali lagi hingga akhir 2017. “Satu kali sudah terjadi di Maret, dua kali lagi sampai akhir tahun,” imbuhnya.
Kenaikan suku bunga acuan AS akan dilakukan secara bertahap seiring membaiknya ekonomi AS. Kenaikan suku bunga acuan AS pertama kali di tahun ini tidak menggoncang pasar keuangan dunia, bahkan beberapa mata uang di negara berkembang cenderung mengalami penguatan.
“Maka kalau kami amati pernyatan Yellen semalam, kenaikan Fed Fund Rate ini dilakukan secara gradual melihat kebijakan fiskal oleh Amerika Serikat. Stance kebijakan masih akomodatif, ini menenangkan pasar, jadi tidak ada pelemahan mata uang di emerging market,” ujar Dody.
Sumber : detik.com