JAKARTA – Menjelang Lebaran, Bank Indonesia (BI) mengimbau warga untuk lebih waspada terhadap peredaran uang palsu (upal). Karena pada momen ini biasanya peredaran uang palsu meningkat.
“Saat ini ratio peredaran uang palsu di masyarakat ada 13 lembar/Rp1 juta. Jadi dari Rp1 juta ada 13 lembar uang palsu. Apalagi menjelang Idul Fitri masyarakat akan lebih banyak menggunakan uang tunai untuk berbagai keperluan. Untuk itu harus lebih waspada,” ujar Asisten Direktur Departemen Komunikasi BI, Dandy Indranto Seno saat sosialisasi mata uang rupiah dalam acara BI berbagi di halaman Masjid Agung Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (17/6/2017).
Masyarakat, kata dia, harus lebih waspada ketika menerima mata uang dengan nominal Rp50.000, Rp20.000, dan Rp100.000.
“Nominal mata uang paling banyak beredar adalah pecahan Rp50.000, kedua Rp20.000, kemudian pecahan Rp100.000. Untuk itu, saat menerima uang pecahan nominal ini masyarakat harus waspada dengan melakukan 3D (dilihat, diraba, dan diterawang),” terangnya.
Dia mengungkapkan, sebelumnya sudah ditemukan adanya uang baru yang dipalsukan. Namun kualitasnya bisa lebih dikenali karena sangat terlihat hasil fotokopi-an.
“Untuk uang baru lebih aman karena sulit dipalsukan. Sebelumnya kami menemukan adanya upal jenis baru, namun dari kualitasnya buruk karena sangat terlihat hasil fotokopi-an,” imbuhnya.
Terlepas dari hal itu, Dandy mengatakan, meski mata uang rupiah yang baru belum tersebar secara merata, masyarakat tidak perlu khawatir karena mata uang yang lama masih berlaku hingga 10 tahun ke depan.
“Sebaran mata uang baru saat ini memang baru di wilayah perkotaan. Karena memang pendistribusiannya masih terbatas. Tapi, masyarakat tidak perlu khawatir karena uang yang lama masih akan berlaku hingga 10 tahun ke depan,” ujarnya.
Sumber : Sindonews.com