Jakarta – Sekalipun terdengar kurang seksi, akan tetapi jangan pernah melupakan jutaan rakyat Indonesia yang berhubungan dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Menurut Dimitri Mahayana, Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, uang yang mereka transaksikan ke BPR, tiadalah bedanya karena sama berharga dengan masyarakat Indonesia yang sekarang terbiasa berhubungan perbankan umum.
Di sisi lain, secara faktual, mengacu hasil riset terakhir Sharing Vision, kesadaran implementasi TIK dari pengelola BPR juga sudah tinggi. Yakni 81,8% telah memiliki rencana implementasi dengan 88,9% di antaranya bertujuan meningkatkan kualitas layanan.
“Karena itulah, implementasi TIK di BPR Indonesia, ada sejumlah isu vital yakni penerapan aplikasi TIK diarahkan ke fungsi-fungsi dasar proses bisnis seperticore banking, accounting & reports, dan delivery channels,” katanya dalam keterangannya kepadadetikINET, Senin (27/6/2016).
Core Banking System adalah sistem yang mendukung operasi dan proses kegiatan utama/mendasar sebuah bank. Untuk BPR kecil (nasabah di bawah 2.000), diarahkan implementasi TIK pada pelaporan tren kredit dan prediksi jika dana mulai turun.
BPR Medium (2000 – 10.000 nasabah) pada fitur deposit dan tabungan, fitur tracking nasabah, fitur pelaporan lebih mumpuni seperti pelaporan ad-hoc ataupun canned reporting, serta fungsi otomasi tellercabang.
Sementara BPR Besar (> 10.000 nasabah), core banking diarahkan fungsi CRM (identifikasi peluang cross-sell produk/layanan), fitur support asuransi, integrasi dengan jaringan ATM atau point-of-sale (POS), serta integrasi dengan sistem HR dan payroll.
Fungsi accounting & report mencakup pelaporan data transaksi dan laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi, buku besar), laporan-laporan yang diwajibkan regulator, laporan keterangan khusus, dan laporan lainnya di luar kebutuhan akuntansi BPR / BPRS.
Sementara delivery channel adalah teknologi yang digunakan memperluas jangkauan akses BPR/BPR Syariah, seperti mesin ATM, EDC (Electronic Data Capture), ADM (Automated Deposit Machine), internet banking, SMS Banking, dan phone banking.
“Isu lain yang perlu dicatat adalah soal pengadaan TIK. BPR bisa investasi penuh, mereka menyediakan seluruh biaya investasi meliputi infrastruktur core banking, perangkat delivery channel hingga back-up server, promosi, dan customer service,” katanya.
Atau, tandas Dimitri, bisa gunakan konsep sharing. Yakni BPR menyewa sistem TI kepada provider TI, yang akan menangani pengadaan dari core banking, perangkat delivery channel, hingga back-up server, promosi,customer service, dan pencetakan kartu ATM.
Sumber : detik.com