Jakarta – Suku bunga kredit dinilai jadi salah satu faktor penyebab lesunya daya beli masyarakat Indonesia.
Dari data uang beredar Bank Indonesia (BI) per Juni 2017 suku bunga kredit rata-rata di perbankan nasional tercatat masih di atas 10% yakni 11,77% dari bulan sebelumnya 11,83%.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengatakan penurunan bunga kredit bisa terjadi tergantung pada permintaan masyarakat pada kredit itu sendiri.
“Kalau pasar longgar ya bunga bisa turun, tapi kalau ketat ya bunganya naik, selalu seperti itu,” kata David saat dihubungi detikFinance, Selasa (15/7/2017).
Dia mengatakan, saat ini ketersediaan dana di perbankan cukup aman. Namun memang permintaan kredit masih lemah.
“Untuk mendorong kredit memang seperti ayam dan telur. Penurunan bunga atau kepercayaan masyarakat dan dunia usaha dulu yang ditingkatkan? Kalau kondisi bisnis bagus saya yakin kredit akan tumbuh sesuai harapan,” ujarnya.
|
Dia mengatakan, BI berpotensi menurunkan suku bunga acuan BI 7-days Repo Rate. Hal ini karena adanya indikator ekonomi yang baik seperti rendahnya inflasi inti, kurs yang relatif stabil dan kondisi eksternal yang kondusif.
“Seperti India baru turunkan suku bunga, reaksi pasarnya bagus, Indonesia juga bisa karena ada peluang, kan The Fed lebih lambat dari ekspektasi,” ujarnya.
Bunga kredit diharapkan turun, meskipun bukan obat mujarab untuk mendorong kredit. Dibutuhkan stimulus lain seperti pelonggaran loan to value (LTV) dan stimulus fiskal lainnya.
Direktur Utama PT Bank Mayapada Tbk Hariyono Tjahjarijadi mengatakan saat ini kondisi likuiditas perbankan sudah cukup longgar.
Dengan kondisi penyaluran kredit yang belum normal dan suku bunga acuan dari Amerika Serikat (AS) belum ada kenaikkan maka ada kesempatan bank untuk menurunkan suku bunga kredit.
“Namun semuanya tergantung likuiditas di pasar uang. Kalau ini bisa berjalan lancar, maka penurunan bunga kredit bisa saja dilakukan,” ujarnya
Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk, Glen Glenardi mengatakan saat ini yang jadi masalah bukan suku bunga kredit. Tapi memang kondisi yang kurang kondusif.
“Tidak semudah membutuhkan stimulus atau menurunkan suku bunga. Tapi memang masyarakat daya belinya lagi lemah,” ujarnya.
Sumber : Detik.com