Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengaku, pelonggaran transmisi kebijakan moneter yang dilakukan BI melalui jalur suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate terus direspon oleh perbankan khususnya pada penurunan suku bunga kredit dan deposito.
Sebagai informasi, BI sendiri telah melakukan transmisi kebijakan moneternya melalui penurunan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sejak Januari 2016 sampai Oktober 2016 hingga 150 basis points (bps) atau 1,5% menjadi 4,75%.
Akan tetapi, menurut Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung, respon perbankan dalam menyikapi pelonggaran kebijakan moneter masih belum optimal. Hal ini tercermin pada suku bunga kredit yang baru turun 79 bps (0,79%) dan suku bunga deposito turun 122 bps (1,22%) hingga Desember 2016.
“Di bulan Desember akumulatif sudah turun 79 bps. Deposito 122 bps. Artinya deposito belum fully adjust terhadap penurunan suku bunga moneter. Ini akan melakukan penyesuaian sampai dengan penurunan suku bunga moneter,†ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Kamis, 19 Januari 2017.
Kendati demikian, kata dia, pasca penurunan suku bunga acuan BI sebesar 1,5% di sepanjang 2016, respon perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit masih terus berlanjut. Hal ini tentunya akan membantu proses recovery di sektor keuangan, perbankan, dan korporasi.
“BI sudah menurunkan 150 bps, sampai sekarang dengan adanya penyesuain baik deposito maupun kredit ini membantu recovery di sektor keuangan korporasi. Suku bunga kedepan masih akan melakukan penyesuaian,†ucapnya.
Untuk itu, lanjut dia, bank sentral akan menjamin ketersediaan likuiditas yang memadai. Dengan begitu perbankan tidak akan merasa likuiditas mengetat sehingga kemampuan bank dalam menyalurkan kredit bisa terjamin.
“Operasi moneter seperti deposit facility dan sebagainya saat ini juga di atas Rp300 triliun. Jadi dibanding 2016 sangat memadai sehingga tidak ada alasan penurunan suku bunga deposito tertahan,†paparnya.
Sumber : Infobanknews.com